Sabtu, 17 November 2012

Permasalahan Shalat Tarawih


TARAWIH
  
1. Pembuka Kata 
            Suatu masalah agama yang menjadi perhatian juga setiap tahun ialah masalah Tarawih. Sembahyang tarawih dikerjakan setiap tahun pada bulan Ramadhan dan karena itu masalahnya tetap berulang tiap bulan Ramadhan.
           

            Dulu-dulu orang Islam Indonesia sembahyang Tarawih 20 rakaat dengan 10 salam, sesudah itu senbahyang Witir 3 rakaat.
            Tetapi kemudian datang fatwa baru yang mengatakan bahwa rakaat sembahyang tarawih itu 8 rakaat dengan 4 salam atau 2 salam. Dikatakan pula bahwa yang 20 rakaat itu adalah bid’ah dan sesat.
            Karena datangnya fatwa baru ini timbullah kehebohan dalam Umat Islam beragama. Oleh karena itu hal ini haruslah diperterang persoalannya.


2. Sembahyang Tarawih dijaman Nabi

Berkata seorang Sahabat Nabi Namanya Abu Hurairah R.A.

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يُرغِبُ فى قيام رمضان من غير ان يأمرهم فيه بعزيمة فيقول : من قام رمضان ايمانا واحتسابا غفرله ما تقدم من ذ نبهرواه مسلم. شرح مسلم الجزء السادس ص. ٤
Artinya: “ Adalah Rasulullah SAW. menggemarkan sembahyang pada bulan Ramadhan dengan anjuran yang tidak keras. Beliau berkata: Barangsiapa mengerjakan sembahyang malam Ramadhan dengan kepercayaan yang teguh dan karena Allah semata, akan dihapus dosanya yang telah lalu.” ( HR.Muslim, lihat syarah Muslim 6, pagina 0 ).
              
            Maksud sembahyang dalam hadits ini ialah sembahyang tarawih, karena sembahyang yang 5 waktu termasuk anjuran yang keras, karena sembahyang itu wajib hukumnya.
            Jadi Nabi Muhammad SAW mengerahkan umat Islam supaya memperbanyak sembahyang (sunnat) dalam bulan Ramadhan, hendaknya lebih banyak dari bulan – bulan yang lain.

            Dan diriwayatkan pula begini :

عن عائشة رضي الله عنهما انّ رسول الله صلى الله عليه وسلم صلى فى المسجد ذات ليلة فصلىّ بصلاته ناس ثمّ صلىّ من القابلة فكثرالناس ثمّ اجتمعوا من الليلة الثالثة اوالرابعة فلم يخرج اليهم رسول الله صلى الله عليه وسلم فلماّ اصبح قا ل قد رايت الذي صنعتم فلم يمنعنى من الخروج الا أنّى خشيت أن تفرض عليكم قا ل وذلك فى رمضان. رواه مسلم. الجزء الساد س من شرح مسلم ص.٤١
Artinya: “ Berkata Siti Aisyah RA. Bahwasanya Nabi Muhammad SAW sembahyang di Mesjid maka banyak orang mengikuti beliau, begitu juga malam keduanya, Nabi sembahyang dan pengikut bertambah ramai. Pada malam ke-tiga dan ke-empat Nabi tidak datang ke Mesjid lagi. Pagi- pagi Nabi berkata: Saya tahu apa yang kamu buat tadi malam, tetapi saya tidak datang ke Mesjid karena saya takut sekali kalau – kalau sembahyang ini diwajibkan untukmu.
               Hal ini terjadi dalam bulan Ramadhan, kata Sitri Aisyah RA.” ( HR.Muslim, lihat syarah Muslim juz 6, pagina 41 ).

            Dalam hadits ini dinyatakan bahwa mula – mulanya Nabi sembahyang malam hari di Mesjid, yaitu sembahyang tarawih di bulan Ramadhan. Pada malam kedua beliau datang juga sembahyang sedang pengikut bertambah banyak hadir. Pada malam ketiga dan keempat Nabi tidak datang ke Mesjid lagi, dengan alasan bahwa beliau takut sembahyang tarawih itu akan diwajibkan Allah, yaqin akan turun wahyu yang mewajibkan sembahyang itu karena nampaknya disukai oleh umat Islam.
            Hal ini ada kemungkinannya menurut pikiran Nabi, karena wahyu sewaktu – waktu bisa tiba. Tidak mustahil tiba perintah mewajibkan sembahyang tarawih melihat orang Muslimin sangat suka mengerjakannya. Kalau hal ini terjadi tentulah akan menjadi berat bagi ummat.

            Alangkah bijaksana dan pengasihnya Nabi kita!
            Dapat diambil kesimpulan dalam hadist yang dua ini :
  1. Nabi hanya dua malam sembahyang tarawih berkaum – kaum di Mesjid. Beliau menghentikannya karena takut akan turun wahyu mewajibkannya.
  2. Pada waktu sekarang yaitu sesudah Nabi Muhammad SAW. telah berpulang, dan Nabi tidak ada lagi, maka ummat Islam boleh meneruskan sembahyang tarawih itu berkaum – kaum tiap malam dalam bulam Ramadhan, karena wahyu yang akan mewajibkannya tidak akan tururn lagi.
  3. Sembahyang tarawih itu suatu senbahyang yang sangat digemari oleh Nabi dan diajak orang untuk mengerjakannya.
  4. Hitungan rakaat sembahyang tarawih tidak tersebut dalam hadits ini. 
3. Sembahyang Tarawih di Zaman Abu Bakar RA.

            Pada masa Khalifah Abu Bakar Siddiq RA. hal ini tidak berubah. Umat Islam sembahyang tarawih di bulan Ramadhan sendiri – sendirian atau berkelompok, ada 3 ada 4 dan ada 6 orang. Semabahyang tarawih dengan satu imam dalam satu Mesjid tidak ada pada masa Khalifah Abu Bakar Siddiq Ra.

4. Sembahyang Tarawih Pada Masa Khalifah Umar Bin Khottob RA.

عن عبد الرحمن بن عبد القا رىّ انّه قا ل خرجت مع عمرابن الخطا ب رضي الله عنه ليلة فى رمضان الى المسجد فاذا الناس اوزاع متفرقون يصلي الرجل لنفسه ويصلي الرجل فيصلي بصلاته الرهط فقا ل عمر: انّى ارى لوجمعت هؤلاء على قارىء واحد لكان امثل ثم عزم فجمعهم على ابي بن كعب ثم خرجت معه ليلة اخرى والنا س يصلون بصلاة قارئهم قا ل عمر: نعمت البدعة هذه. رواه البخارى. صحيح البخارى الجزء الاول ص.٢٤٢
Artinya: “ Dari Aburahman Bin Abdul Qorai, beliau berkata: Saya keluar bersama sayyidina Umar Bin Khattab ( Khalifah ) pada suatu malam bulan Ramadhan pergi ke Mesjid ( Madinah ). Didapati di dalam Mesjid orang – orang sembahyang tarawih bercerai-cerai. Ada orang yang sembahyang sendiri-sendiri, ada orang yang sembahyang dan ada beberapa orang dibelakangnya, maka Saidina Umar berkata: Saya berpendakat akan mempersatukan orang-orang ini. Kalau disatukan dengan seorang Imam sesungguhnya lebih baik, lebih serupa dengan sembahyang Rasulullah. Maka dipersatukan orang-orang itu bersembahyang dibelakang seorang Imam namanya Ubai Bin Ka’ab. Kemudian pada suatu malam kami datang lagi ke Mesjid, lantas kami melihat orang-orang sembahyang berkaum-kaum dibelakang seorang Imam. Saidina Umar berkata: Ini adalam Bid’ah yang baik. ( HR.Bukhari, lihat Shahih Bukhari Jilid 1, pagina 242 ).

            Abdulrahman Bin Abdul Qarai juga meriwayatkan perbuatan Saidina Umar ini adalah seorang Tabi’in yang lahir ketika Nabi masih hidup. Berliau adalah murid Saidina Umar Bin Khatab, wafat tahun 81 H. dalam usia 78 tahun.
            Nampak dalam hadist ini bahwa Khalifah yang kedua Umar Bin Khatab memerintahkan agar sembahyang tarawih dikerjakan dengan berkaum-kaum, tidak seorang-seorang saja. Dan beliau berpendapat bahwa hal itu adalah..bid’ah yang baik.”

            Tersebut dalam Kitab Al-Muwatha, karangan Imam Malik. Pagina 138 begini:

عن مالك عن يزيد ابن رمان انه قا ل: كان الناس يقومون فى زمن عمرابن الخطاب بثلاث وعشرين ركعة. رواه الامام مالك . المؤطأ الجزء الاول.ص ١٣٨  
Artinya: “ Dari Malik, dari Yazid bin Ruman, ia berkata Adalah manusia mendirikan sembahyang pada zaman Umar Bin Khatab sebanyak 23 rakaat”. ( HR.Imam Malik, dalam Kitab Al-Muatha, pagina 138 Juz 1 ).

            Nampaklah bahwa sahabat-sahabat Nabi ketika itu diperintah oleh Saidina Umar untuk mengerjakan sembahyang sebanyak 23 rakaat, yaitu 20 rakaat sembahyang tarawih dan 3 rakaat sembahyang witir sesudah sembahyang tarawih.

            Tersebut dalam Kitab hadist Imam Baihaqi begini :
انهم يقومون على عهد عمرابن الخطاب رضي الله عنه فى شهررمضان بعشرين ركعة. رواه البيهقى.

Artinya: “ Bahwasanya mereka ( sahabat-sahabat ) Nabi, mendirikan sembahyang tarawih dalam bulan Ramadhan pada zaman Umar Bin Khatab RA, dengan 20 rakaat. (HR.Baihaqi).

            Nampaklah dalam keterangan-keterangan ini bahwa sahabat-sahabat Nabi telah Ijma’ ( sepakat ) mendirikan shalat tarawih pada masa Umar sebanyak 20 rakaat,. Ijma’ sahabat menurut Ushul Fiqih adalah Hujjah” yakni adalah dalil syari’at. Inilah pokok pangkal hitungan rakaat sembahyang tarawih. Saidina Umar seorang sahabat Nabi yang dipercayai, Khalifah Nabi yang kedua memerintahkan 20 rakaat. Ini berarti bahwa beliau mengetahui bahwa banyaknya sembahyang tarawih Nabi, baik di Mesjid atau dirumah sebanyak 20 rakaat. Kalau tidak, tentu Saidina Umar tidak akan amemerintahkan begitu. Ini namanya riwayat hadist dengan perbuatan. Kita umat Islam disuruh oleh Nabi mengikuti Saidina Abu Bakar dan Umar.

            Nabi Bersabda :

اقتدوا باللذين من بعدى ابى بكروعمر. رواه احمد والترمذى وابن ماجه.

Artinya: “ Ikutilah dua orang sesudah saya, yaitu Abu Bakar dan Umar”. ( HR.Imam Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah ).

            Dan dalam sebuah hadist umat Islam diperintahkan oleh Nabi supaya mengikuti khalifah Rasyidun, beliau berkata begini:

فعليكم بسنتى وسنة الخلفاءالراشدين المهديين من بعدى. رواه ابوداود والترمذى

Artinya: “ Maka wajib atasmu mengikuti sunnah aku dan sunnah Khalifah Rasyidin yang diberi hidayah sesudah aku”. ( HR.Abu Daud dan Tirmidzi, dan beliau mengatakan bahwa hadist ini hasan dan shahih ).

            Dapat diambil kesimpulan dari dalil-dalil diatas, bahwa hitungan rakaat sembahyang tarawih adalah 20 rakaat, dan sembahyang witir adalah 3 rakaat, jumlahnya adalah 23 rakaat. Barangsiapa yang tidak mengerjakan sembahyang tarawih 20 rakaat maka ia belum dinamai melaksanakan sembahyang tarawih, dan belum mengikuti jejak Saidina Umar bin Khatab, Khalifatur rasyidin yang kita semuanya disuruh Nabi mengikuti beliau.

5. Fatwa Ulama-Ulama Fiqih

            Ulama-Ulama Fiqih ikutan ummat Islam dalam Madzhab Syafi’i, seluruhnya memfatwakan bahwasanya rakaat sembahyang tarawih itu 20 rakaat, sesuai dengan fatwa saidina Umar bin Khatab tadi.
            Berkata Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ syarah Al-Muhazzab begini :

مذهبنا انّها عشرون ركعة بعشرتسليمات غيرالوتر

Artinya: “ Dalam Madzhab kita Tarawih itu 20 rakaat dengan 10 salam, selain Witir” ( Al-Majmu’1V pagina 32 ).

               Berkata Imam Sarbini al-Khatab begini yang Artinya :
               “ Dan Tarawih itu 20 rakaat dengan 10 salam tiap-tiap bulan Ramadhan, demikian hadist Baihaqi dengan Sanad yang shahih, bahwasanya sahabat-sahabat Nabi mendirikan sembahyang pada masa Umar bin Khatab dalam bulan Ramadhan sebanyak 20 rakaat, dan merawikan Imam Malik dalam kitab al-Muatha’ sebanyak 23 rakaat, tetapi Imam Baihaqi mengatakan bahwa yang 3 rakaat yang akhir ialah sembahyang witir”. ( Mughni al-Muhtaj, Juz1, pagina 226).

Berkata Imam Jalaludin al-Mahli :

وروى البيهقى ّ وغيره بالاسناد الصحيح كما قال فى شرح المهذب انهم كانوا يقومون على عهد عمرابن الخطاب رضي الله عنه فى شهررمضان بعشرين ركعة.
Artinya: “ Dan meriwayatkan Imam Baihaqi dengan Sanad yang shahih seperti yang dikatakan dalam syarah Muhazzab, bahwasanya Sahabat-Sahabat Nabi sembahyang pada masa Umar bin Khatab sebanyak 20 rakaat”. ( Al-Mahli, Juz 1, pagina 217 ).

            Berkata Imam Sayd Bakri Syatha :

وصلاة التراويح وهي عشرون ركعة بعشرتسليمات فى كل ليلة من رمضان لخبر من قام رمضان ايمانا واحتسابا غفرله ماتقدم من ذنبه ويجب التسليم من كل ركعتين, فلو صلى اربعا منها بتسليمة لم تصحّ.
Artinya: “ Dan sembahyang Tarawih itu 20 rakaat dengan 10 salam, tiap-tiap bulan Ramadhan karena hadist Nabi...Barangsiapa sembahyang di dalam bulan Ramadhan didorong oleh iman dan karena Allah semata-mata diampuni sekalian dosanya yang terdahulu. Wajib salam setiap 2 rakaat, maka jika disembahyangkan 4 rakaat dengan 1 salam tidaklah sah”. ( Ia’natut Thalibin, Juz 1, pagiana 265 ).

            Berkata Imam Ramli yang artinya :
                  “ Dan sembahyang Tarawih itu 20 rakaat dengan 10 salam, karena riwayat yang mengatakan bahwasanya sahabat-sahabat Nabi mendirikan sembahyang tarawih dalam bulan Ramadhan pada Zaman Umar bin Khatab sebanyak 20 rakaat”. (Nihajatul Muhtaj, Juz 2, pagina 122).
           
            Demikianlah Fatwa Ulama-Ulama Besar Madzhab Syafi’i Ra, yaitu Madzhab yang dipakai di Indonesia sedari agama Islam masuk kesini.

6. Bantahan

            Ada orang Indonesia yang membantah bilangan rakaat tarawih ini. Mereka berfatwa bahwa bilangan rakat sembahyang tarawih hanya 8 rakaat. Kami sudah menyelidika dalil yang dimaksudkan mereka, yaitu hanya sebuah hadist yang berbunyi begini :

قالت عائشة رضي الله عنها : ماكان يزيد فى رمضان ولافى غيره على احدى عشرركعة يصلى اربعا فلا تسل عن حسنهنّ وطولهنّ ثمّ يصلى اربعا فلاتسل عن حسنهنّ وطولهنّ ثمّ يصلى ثلاثا قالت عائشة فقلت يارسول الله اتنام قبل ان توتر, فقال : ياعائشة انّ عينيّ تنامان ولاينام قلبى. رواه البخارى, الجزء الاول, ص ١٤٢.

Artinya: “ Berkata Siti Aisyah Ummul Mu’minin : Tidak ada Nabi menambah pada bulan Ramadhan dan bulan lainnya dari 11 rakaat.......dst. ( HR.Imam Bukhari ).

            Nampak dalam hadist ini, kata orang yang membantah itu bahwa Nabi hanya sembahyang 11 rakaat, yaitu 8 rakaat sembahyang tarawih dan 3 rakaat sembahyang witir tidak lebih tidak kurang. Makanya orang yang membuat sembahyang tarawih lebih dari 11 rakaat adalah bid’ah, kata mereka.
            Ditambah lagi oleh orang-orang fanatik, bahwa orang penganut Madzhab Syafi’i yang sembahyang tarawih 20 rakaat, adalah tukang-tukang bid’ah yang masuk neraka.

7. Bantahan Atas Bantahan

            Mari kita kupas soal ini agak mendalam, kita majukan beberapa problem :
  1. Hadist ini sahih riwayat Imam Bukhari, ini diakui karena tersebut dalam kitab hadist Sahih Bukhari. Pada Juz 3, pagina 275.
  2. Perkataan Ummul Mu’minin Siti Aisyah ini diakui kebenarannya, karena ini memang ucapan beliau tidak diragukan lagi.
Hanya yang menjadi pertanyaan ialah : Sembahyang apa yang dikatakan Siti Aisyah ini, apakah sembahyang witir, apakah sembahyang tahajud, apakah sembahyang tarawih, apakah sembahnyang sunat-sunat yang lain-lain ? Sembahyang apa yang  dikatakan bahwa Nabi tidak pernah sembahyang lebih dari 11 rakaat itu ?.
  1. Kalau dikatakan seluruh sembahyang malam tidak mungkin karena :
a.       Sembahyang Maghrib 3 rakaat
b.      Sunnat sesudah Maghrib 2 rakaat
c.       Sunnat sebelum Isya 2 rakaat
d.      Sembahyang Isya 4 rakaat
e.       Sunnat sesudah Isya 2 rakaat
Ini saja sudah 13 rakaat. Ini biasa dikerjakan Nabi dan banyak hadist-hadistnya termaktub dalam kitab-kitab hadist.
f.       Kalau ditambah dengan sembahyang tahajud paling kurang 2 rakaat.
g.      Sembahyang witir paling kurang 3 rakaat.
Maka jumlahnya sudah 18 rakaat. Tidak mungkin maksud Siti Aisyah sembahyang-sembahyang ini. Nah, kalau begitu sembahyang apa yang dimaksud oleh Siti Aisyah , yang dikatakan beliau bahwa Nabi tidak lebih mengerjakannya dari 11 rakaat.
  1. Kalau dikatakan ini adalah sembahyang tarawih juga tidak mungkin karena :
a.       Didalam hadist ini dikatakan bahwa Nabi tidak melebihi sembahyangnya dari 11 rakaat dalam bulan Ramadhan dan bulan lain Ramadhan.
Perkataan beliau,, dan tidak pula diluar Ramadhan “ membuktikan bahwa maksudnya bukan sembahyang tarawih, karewna sembahyang tarawih tidak ada dalam bulan lain Ramadhan. Maka dalil ini tidak cocok untuk sembahyang tarawih.Tidak sesuai dalil dengan madlulnya.
b.      Kalau benar yang dikatakan Siti Aisyah, bahwa maksudnya sembahyang tarawih, kenapa saidina Umar dan sahabat-sahabat Nabi pada zaman saidina Umar bin Khatab sembahyang 20 rakaat ?
c.       Andaikata maksud Siti Aisyah sembahyang tarawih, andaikata umpamanya, maka hal ini tidak bisa mengalahkan Saidina Umar dan Sahabat-Sahabat Nabi dizaman Umar yang sudah sepakat mengerjakan sembahyang tarawih 20 rakaat karena menurut Ushul Fiqih :

المثبت مقدم على النافى
             
                  Artinya: “ Yang menetapkan ada didahulukan atas yang meniadakan “.
                 
Siti Aisyah hanya melihat Nabi sembahyang 11 rakaat, sedang orang lain (sahabat-sahabat yang utama juga ) melihat 23 rakaat. Orang yang banyak ilmunya didahulukan dari orang yang sedikit pengetahuannya. Inilah arti kaidah Ushul Fiqih itu, yaitu: Orang yang menetapkan didahulukan  dari yang meniadakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar